Dipimpin Abu Bakr, Ini Kisah Perjalanan Haji Pertama
- August 08, 2020
- By Afriza
- 0 Comments
Dipimpin Abu Bakr, Ini Kisah Perjalanan Haji Pertama
Setelah Fathul Makkah, di tahun 9 Hijriyyah, Abu Bakr radhiyallahu 'anhu diutus oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wsallam untuk memimpin jamaah haji untuk kali pertama. Sebelumnya, Bangsa Arab memang mengenal ritual ibadah haji. Namun mereka mencampuradukkan dengan budaya jahiliyyah.
Saat Abu Bakr berhaji inilah, beliau memberi pengumuman, sebagaimana pesan dari nabiyullah, bahwasanya kaum musyrikin dilarang menunaikan ibadah haji dan adanya larangan keras untuk thawaf tanpa busana. Sejak pengumuman itu, ibadah haji sepenuhnya milik muslimin. Ibadah tersebut, kembali ke manasik awal sebagaimana yang diajarkan Nabi Ibrahim alaihissalam.
Setahun setelahnya, yakni di tahun 10 Hijriyyah, Rasulullah menunaikan haji wada'. Saat itulah muslimin mempelajari kembali manasik haji dari apa yang dicontohkan sang uswatun hasanah.
-----
BERKISAH SIRAH
Kunjungi web kami: https://www.berkisahsirah.com/
Follow Instagram @berkisahsirah : https://www.instagram.com/berkisahsirah/
Join Grup Telegram: https://t.me/joinchat/EaY3JZtGi_MGYCIG
Sosok Shahabat yang Paling Dicintai Nabi
Tugas kenabian sangatlah berat. Tanpa adanya dukungan, tugas itu pastilah amat sangat sulit memikulnya. Bagi Rasulullah, Abu Bakr adalah salah satu yang memberi dukungan itu.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah mengutusku kepada kalian, akan tetapi kalian justru (dahulu) mengatakan, ‘Engkau telah berdusta.’ Sementara Abu Bakr mengatakan, ‘Dia (Muhammad) telah jujur. Abu Bakr pun banyak membantuku dengan jiwa dan hartanya, apakah kalian akan meninggalkan sahabatku itu?" (HR. Al Bukhari).
Abu Bakr radhiyallau 'ahu adalah orang yang paling dicintai oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Suatu ketika Rasulullah menugaskan sahabat ‘Amr bin ‘Ash Radhiyallahu anhu untuk memimpin pasukan Dzatus Salasil. Saat itu, ia pun menghampiri Rasulullah seraya bertanya, "Siapakah orang yang paling engkau cintai?" Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, "Aisyah." Amr bertanya lagi, "(Maksudku) dari kaum laki-laki?" Beliaupun menjawab, "Ayahnya (yaitu Abu Bakr)." (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Lebih dari itu, Rasulullah bahkan berangan-angan seandainya beliau diizinkan Allah untuk menjadikan seseorang sebagai Khalil-nya, niscaya Abu Bakr lah yang pantas menyandang gelar tersebut.
Khullah adalah kasih sayang yang meresap dalam lubuk hati paling dalam. Oleh karena itu, Rasulullah tidak dapat memberikannya kepada selain Allah. Khalil adalah kedudukan yang hanya Allah berikan kepada hamba-Nya yang Dia kehendaki, di antaranya Rasulullah dan Nabi Ibrahim.
Rasulullah bersabda, "Sekiranya aku diizinkan oleh Allah untuk menjadikan seseorang sebagai khalil, niscaya aku jadikan Abu Bakr sebagai khalilku, akan tetapi ia adalah saudara dan sahabatku, sedangkan Allah Azza wa Jalla telah menjadikan sahabat kalian ini (diriku) sebagai khalilnya." (HR. Al Bukhari dan Muslim).
-----
BERKISAH SIRAH
Kunjungi web kami: https://www.berkisahsirah.com/
Follow Instagram @berkisahsirah : https://www.instagram.com/berkisahsirah/
Join Grup Telegram: https://t.me/joinchat/EaY3JZtGi_MGYCIG
Kisah Abu Bakar Ash Shiddiq di Masa Jahiliyyah
Abu Bakr Ash Shiddiq radhiyallahu 'anhu dilahirkan 2 tahun 6 bulan setelah tahun gajah, atau dua tahun setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lahir.
Bapak beliau, Utsman bin Amir atau lebih dikenal dengan Abu Quhafah. Ibu beliau adalah Salma binti Shohr bin Amir atau dikenal dengan nama kunyah Ummul Khair. Nasab Abu Bakr bertemu dengan nasab Rasulullah pada kakek yang keenam, yakni Murrah bin Ka'ab.
Sebelum datangnya cahaya Islam, Abu Bakr sudah menjadi shahabat Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau radhiyallahu 'anhu adalah seorang pedagang yang jujur, sebagaimana nabi. Beliau sangat mahir berdagang hingga memiliki kekayaan dari hasil niaga tersebut.
Abu Bakr juga sangat berilmu lagi cerdas. Di masa jahiliyyah dulu, beliau sering didatangi para pemuda Quraisy. Mereka belajar kepada Abu Bakr tentang ilmu pengetahuan, strategi berdagang, dan adab sopan santunnya.
Bahkan, Abu Bakr merupakan pakar di bidang ilmu nasab. Beliau termasuk salah satu dari ahli nasab Quraisy hingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan, “Sesungguhnya Abu Bakar adalah seorang Quraisy yang paling mengetahui tentang nasab mereka.” (HR. Muslim).
Sejak muda, akhlak Abu Bakr sudah sangat baik. Beliau dikenal sebagai pria yang beradab dan tidak pernah melakukan kemaksiatan ala jahiliyyah. Termasuk kebiasaan meminum khamr. Abu Bakr tak pernah sekalipun meneguk minuman memabukkan.
Tatkala beliau ditanya, beliau menjawab, “Aku adalah orang yang menjaga kehormatan dan menjaga muru’ah, siapa yang meminum Khamer maka berarti dia telah melalaikan kehormatan dan muru’ahnya.” (Tarikh Al-Khaulafa, 49).
Akhlak baik ini pun begitu cocok dengan pribadi Rasulullah, senada dengan ajaran Islam, dan semakin mulia ketika Islam datang menjadi agama sempurna.
Abu Bakar radiyallahu ‘anhu menyambut baik hidayah Islam, bahkan beliau adalah orang pertama yang masuk Islam dari kalangan kaum laki-laki yang merdeka.
Sahabat Ammar bin Yasir bercerita, “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Makkah dan tidakkah bersamanya kecuali lima orang budak, dua wanita, dan Abu Bakar.” (HR. Bukhari).
-----
BERKISAH SIRAH
Kunjungi web kami: https://www.berkisahsirah.com/
Follow Instagram @berkisahsirah : https://www.instagram.com/berkisahsirah/
Join Grup Telegram: https://t.me/joinchat/EaY3JZtGi_MGYCIG
Kisah Haru Teman Hijrah Rasulullah
Diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia menceritakan, "Setiap harinya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selalu datang ke rumah Abu Bakr radhiyallahu 'anhu di waktu pagi atau di sore hari. Namun pada hari dimana Rasulullah diizinkan untuk berhijrah, beliau datang tidak pada waktu biasanya.
Abu Bakr yang melihat kedatangan Rasulullah berkata, “Tidaklah Rasulullah datang di waktu (luar kebiasaan) seperti ini, pasti karena ada urusan yang sangat penting."
Saat tiba di rumah Abu Bakr, Rasulullah bersabda, “Aku telah diizinkan untuk berhijrah." Kemudian Abu Bakr menanggapi, “Apakah Anda ingin agar aku menemanimu wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Ya, temani aku." Abu Bakr pun menangis.
Kemudian Aisyah mengatakan, “Demi Allah! Sebelum hari ini, aku tidak pernah sekalipun melihat seseorang menagis karena berbahagia. Aku melihat Abu Bakar menangis pada hari itu”.
Abu Bakar kemudian berkata, “Wahai Nabi Allah, ini adalah kedua kudaku yang telah aku persiapkan untuk hari ini.” (Atsar ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari).
MasyaAllah, Abu Bakr menangis bahagia karena mendapat kesempatan menemani nabi untuk hijrah. Padahal, beliau tahu betul, perjalanan hijrah bermakna meninggalkan keluarga, harta, tanah kelahiran. Perjalanan itu juga bermakna taruhan nyawa. Namun Abu Bakr, justru merasa bahagia, karena besarnya cinta beliau kepada Rasulillah.
-----
BERKISAH SIRAH
Kunjungi web kami: https://www.berkisahsirah.com/
Follow Instagram @berkisahsirah : https://www.instagram.com/berkisahsirah/
Join Grup Telegram: https://t.me/joinchat/EaY3JZtGi_MGYCIG
Kisah dibalik Ungkapan 'La Tahzan, Innallaha Ma'ana'
- August 02, 2020
- By Afriza
- 0 Comments
Kisah dibalik Ungkapan 'La Tahzan, Innallaha Ma'ana'
Inilah kata-kata indah dari lisan nabi, yang diabadikan dalam Al Qur'an Al Karim. Allah berfirman,
“Salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, 'Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita'." (QS. At Taubah: 40).
Nabiyullah shallallahu 'alaihi wasallam melisankannya di saat genting, ketika sedang bersembunyi di dalam gua karena kaum kafir Quraisy mengejar dan hendak membunuh beliau.
Kata-kata menyejukkan itu, diucapkan nabi kepada teman perjalanan hijrah beliau, Abu Bakr Ash Shiddiq radhiyallahu 'anhu: "Laa tahzan, innallaha ma'ana." (Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan "Jangan bersedih", bukan "Jangan takut". Dalam kondisi situasi di kejar musuh, pastilah pada umumnya manusia merasa takut. Namun mengapa beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan jangan bersedih?
Ternyata, itu disebabkan Abu Bakr yang memang tidak merasa takut, melainkan sedih. Bukannya takut dikejar musuh, Abu Bakr radhiyallahu 'anhu justru merasa sedih kalau-kalau terjadi suatu hal buruk pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ia lebih memikirkan keselamatan nabi daripada dirinya sendiri, karena kecintaannya yang besar kepada Rasulullah. Masya Allah.
Kata-kata indah nabi kepada Abu Bakr, menjadi kata mutiara menyejukkan bagi kita, umat beliau, hingga hari ini. Ketika musibah berat melanda, janganlah bersedih, karena Allah selalu menemani.
Note: Kisah lengkap perjalanan Abu Bakr saat menemani Rasulullah hijrah, ada di postingan berikutnya insya Allah.
-----
BERKISAH SIRAH
Kunjungi web kami: https://www.berkisahsirah.com/
Follow Instagram @berkisahsirah : https://www.instagram.com/berkisahsirah/
Join Grup Telegram: https://t.me/joinchat/EaY3JZtGi_MGYCIG
Inilah Sosok Manusia Terbaik Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
Semua shahabat mengakuinya! Bahwa Abu Bakr Ash Shiddiq adalah manusia terbaik di zaman nabi. Beliau radhiyallahu 'anhu adalah orang terbaik kedua setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Hal ini pernah disampaikan Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, ia berkata,
"Kami (para sahabat) pernah menilai orang terbaik di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka kami mendapati yang terbaik adalah Abu Bakar radhiyallahu anhu, kemudian Umar bin Khattab radhiyallahu anhu, kemudian Utsman bin Affan, mudah-mudahan Allah meridhai mereka semua." (HR. Al Bukhari).
Bahkan penilaian tersebut juga disepakati oleh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu. Ketika menantu dan sepupu nabi itu ditanya oleh putranya, Muhammad bin Al Hanafiyyah*, jawaban beliau pun serupa dengan apa yang disampaikan Ibnu Umar.
Diriwayatkan dari Muhammad bin Al Hanafiyyah, ia berkata, "Aku bertanya kepada ayahku, siapa orang terbaik setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia menjawab, 'Abu Bakar.' Aku pun bertanya lagi, 'Kemudian siapa setelah itu?' Ia menjawab, 'Kemudian Umar.' Maka aku khawatir ia akan menjawab Utsman setelah itu, maka aku pun segera memotongnya, 'Kemudian engkau?' Ia menjawab, 'Aku hanyalah seseorang dari kaum muslimin'." (HR. Al Bukhari).
*Muhammad bin Al Hanafiyyah memiliki nama asli Muhammad bin Ali bin Abi Thalib. Ia adalah putra Ali dari Khaulah bin Ja'far yang dinikahi setelah wafatnya Fathimah radhiyallahu 'anha.
-----
BERKISAH SIRAH
Kunjungi web kami: https://www.berkisahsirah.com/
Follow Instagram @berkisahsirah : https://www.instagram.com/berkisahsirah/
Join Grup Telegram: https://t.me/joinchat/EaY3JZtGi_MGYCIG
Inilah Gambaran Telaga Rasulullah Al Haudh
Kelak, di Hari Kiamat, terdapat telaga milik Rasulullah shallalhu 'alaihi wasallam. Muslimin akan berbondong-bondong ke sana dan disambu...
