Hati-Hati! Kesyirikan Pada Shalawat Nabi Masa Kini
- December 22, 2022
- By Afriza
- 0 Comments
Salah satu ungkapan cinta kepada Rasulullah tentu dengan bershalawat. Namun ternyata, ada beberapa lafadz shalawat yang mengandung kesyirikan. Sedihnya, shalawat tersebut sangat masyhur dan seringkali kita dengar, atau bahkan kita lantunkan. Nas'alullah As-Salamah. Jangan sampai karena tidak tahu maknanya, kita terjatuh pada kesyirikan.
1. Kesyirikan dalam lafadz shalawat nariyah
محمد الذي تنحل به العقد وتنفرج به الكرب وتقضى به الحوائج وتنال به الرغائب
“Berkat beliau berbagai kesulitan menjadi lenyap, berbagai kebutuhan menjadi terpenuhi, dan dengan sebab pertolongan beliau pula segala harapan tercapai”
Kalau diyakini bahwa Rasulullah lah yang dapat menolong kebutuhan kita, yang bisa menghilangkan kesusahan kita, maka ini syirik.
Padahal Allah menegaskan, “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).” (QS. An-Naml: 62)
2. Kesyirikan dalam lafadz shalawat burdah
يَا أَكْرَمَ الرُّسُلِ مَالِي مَنْ أَلُوْذُ بِهِ سِوَاكَ عِنْدَ حُلُوْلِ الْحَادِثِ الْعَمِمِ
“Wahai Rasul yang paling mulia, tidak ada bagiku orang yang aku berlindung kepadanya kecuali engkau, di saat terjadinya musibah yang merata.”
Ini lebih parah dari sekedar menyamakan Allah, karena Allah pun tidak dipakai. Kalau lafadznya: Tidak ada tempat aku berlindung kecuali kepada-Mu dan kepada Rasul-Mu. Ini saja syirik. Tapi disini Allah bahkan tidak dipakai.
Subhanallah, padahal Allah menegaskan, Dan sesungguhnya kepunyaan Kamilah akhirat dan dunia.” (QS. Al-Lail: 13) dan Allah berfirman, “Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (QS. An-Naml: 65).
SEBAGAI MUSLIM YANG MENCINTAI RASULULLAH
Syaikh Shalih al Fauzan mengatakan: “Tidak ada keraguan bahwa mencintai Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan kewajiban atas setiap muslim, lebih besar daripada mencintai dirinya sendiri, anak, bapak, dan manusia seluruhnya. Semoga shalawat-shalawat dan salam diberikan kepada beliau.
Tetapi bukan berarti kita mengadakan sesuatu perkara baru yang tidak disyari’atkan untuk kita. Bahkan mencintai beliau mengharuskan mentaati dan mengikuti beliau. Karena hal itu merupakan perwujudan kecintaan yang paling besar. Sebagaimana dikatakan di dalam sya’ir:
لَوْ كَانَ حُبُّكَ صَادِقًا لَأَطَعْتَهُ إِنَّ الْمُحِبَّ لِمَنْ يُحِبُّ مُطِيْعٌ
Seandainya kecintaanmu itu benar, pastilah engkau akan mentaatinya,
Sesungguhnya orang yang mencintai itu mentaati orang yang dia cintai.
Sumber:
Ceramah Al-Ustadz Sofyan Chalid bin Idham Ruray, 10 Bid'ah dan Syirik dalam Shalawat yang Dibuat-buat https://www.youtube.com/watch?v=uFeYvYPHfPE&ab_channel=SofyanChalidbinIdhamRuray
https://almanhaj.or.id/2669-pengakuan-cinta-rasul.html
0 comments