Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menuturkan tentang masa awal turunnya wahyu, "Tatkala aku sedang berjalan, tiba-tiba aku mendengar sebuah suara yang berasal dari langit. Aku mendongakkan pandangan ke arah langit. Ternyata di sana ada malaikat yang mendatangiku di Gua Hira', sedang duduk di sebuah kursi, menggantung di antara langit dan bumi. Aku mendekatinya hingga tiba-tiba aku terjerembab ke atas tanah. 

Kemudian aku menemui keluargaku dan kukatakan, 'Selimutilah aku, selimutilah aku!'

Lalu Allah Ta'ala menurunkan Surat Al-Muddatsir 1-5. Setelah turunnya ayat di atas, maka wahyu datang secara berturut-turut." (HR. Al-Bukhari dari shahabat Jabir bin Abdillah)

Wahyu kedua tersebut yaitu firman Allah Ta’ala,

"Hai orang yang berselimut, bangunlah lalu berilah peringatan, dan agungkanlah Rabbmu, dan bersihkanlah pakaianmu, dan tinggalkanlah perbuatan dosa, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, dan untuk (memenuni perintah) Rabbmu, bersabarlah." (QS. Al-Muddatstsir: 1-7)

Ketika mendapat firman tersebut, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam segera bangkit. Setelah firman itu, dan selama 25 tahun kemudian, beliau tidak pernah istirahat, tidak pernah hidup untuk diri sendiri dan keluarga. 

Beliau bangkit dan senantiasa bangkit untuk berdakwah, memanggul beban berat di atas pundak beliau, memikul beban kehidupan seluruh manusia.

Urusan demi urusan tak pernah lekang selama itu, sejak beliau mendengar seruan yang agung.

(Ar Rahiq Al-Makhtum)

Masya Allah, betapa besar perjuangan beliau. Sejak detik pertama mendapat perintah dakwah, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tak pernah lagi “hidup tenang”.

Shollu ‘alan-nabi. 

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad.