Kisah Perjuangan Rasulullah Mendakwahi Bani Hasyim




Setelah mendapat perintah dari Rabbul 'Alamin, Rasulullah mengundang keluarganya dari Bani Hasyim.

Mereka pun memenuhi undangan. Sebab kala itu, tidak ada yang lebih utama dibanding kekerabatan. Bahkan turut serta beberapa orang dari Bani Al-Muththalib bin Abdi Manaf yang juga keluarga nabi dari pihak paman.

Mereka yang datang berjumlah 45 orang. Semuanya pria dewasa. Setelah semua tiba, Rasulullah pun hendak berbicara.

Namun belum sepatah kata pun keluar dari lisan Rasulullah, seseorang memotong dengan angkuhnya. Ialah Abu Lahab. Paman sekaligus tetangga terdekat Nabi Muhammad.

Abu Lahab memotong ucapan Rasulullah seraya berkata dengan hinaan, celaan, keangkuhan:

"Mereka yang hadir adalah paman-pamanmu, sepupu-sepupumu. Bicaralah dan tinggalkanlah masa kekanak-kanakkan! Ketahuilah bahwa kaummu tidak memiliki cukup kekuatan untuk melawan bangsa Arab! Akulah orang yang berhak membimbingmu! Cukup bagimu suku dari pihak ayahmu!

Kalau kau bersikeras melakukan apa yang kau lakukan sekarang, maka lebih mudah jika seluruh suku Quraisy bersama bangsa Arab bergerak memusuhimu! Aku tidak pernah melihat seseorang yang datang dengan membawa sesuatu yang lebih jelek dari apa yang telah kau bawa ini!"

Lalu, apa yang dilakukan Rasulullah menghadapi celaan sang paman, Abu Lahab?

Ternyata, Rasulullah tidaklah membalasnya, tidaklah mengucap hal serupa, tidaklah diri membela, tidaklah berkata-kata. Beliau dengan kesantunannya, memilih diam dan tidak berbicara pada majelis itu.

Beberapa waktu kemudian, Rasulullah mengundang mereka kembali. Di pertemuan kedua, kondisi lebih terkendali. Maka bicaralah nabi, berdakwah tentang mentauhidkan Ilahi.

"Alhamdulillah, aku memuji-Nya, meminta pertolongan, beriman serta bertawakal kepada-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak diibadahi selain Allah semata, tiada sekutu bagiNya."

Selanjutnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata, "Sesungguhnya seorang pemimpin tidak mungkin membohongi keluarganya sendiri.

Demi Allah yang tiada Ilah yang berhak disembah selain-Nya, sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang datang kepada kalian secara khusus, dan kepada manusia secara umum. 

Demi Allah, sungguh kalian akan mati sebagaimana kalian tidur dan kalian akan dibangkitkan sebagaimana kalian bangun dari tidur. Sungguh kalian akan dihisab terhadap apa yang kalian lakukan. Sesungguhnya yang ada hanya surga yang abadi atau neraka yang kekal."

Paman tercinta nabi, sekaligus pemimpin kaum Quraisy, Abu Thalib, memberikan komentar,

"Alangkah senangnya kami membantumu, menerima nasihatmu, dan sangat membenarkan kata-katamu. Mereka dari suku-suku bapakmu, telah berkumpul. Sesungguhnya aku hanyalah salah seorang dari mereka. Namun aku adalah orang yang paling cepat menanggapi apa yang kau sampaikan.  

Teruskan apa yang telah diperintahkan kepadamu. Demi Allah, aku tetap akan melindungi dan membelamu. Tetapi diriku tidak memiliki cukup keberanian untuk berpisah dengan agama Abdul Muththalib."

Lalu Abu Lahab menolak ucapan Abu Thalib. Ia menyulut kebencian kepada nabi. "Demi Allah, ini benar-benar merupakan aib besar! Cegahlah Muhammad sebelum ia berhasil menyeret orang lain!"

Namun Abu Thalib menjawab,"Demi Allah, sungguh selama kita masih hidup, kita akan membelanya.”

Setelah pertemuan itu, Rasulullah mendapat jaminan perlindungan dari sang paman, Abu Thalib. 

Sebagai pemimpin, Abu Thalib pun diikuti dan dihormati. Sebagian besar keluarga Bani Hasyim turut serta melindungi Rasulullah. Meski demikian, mereka enggan beriman dan bersyahadat.

Namun ada pula beberapa paman yang menentang keras. Salah satunya adalah Abu Lahab.


(Sumber: Fiqhus Sirah, Ibnul Atsir)



You Might Also Like

0 comments

Inilah Gambaran Telaga Rasulullah Al Haudh

Kelak, di Hari Kiamat, terdapat telaga milik Rasulullah shallalhu 'alaihi wasallam. Muslimin akan berbondong-bondong ke sana dan disambu...